Komparasi Tektonika Arsitektur Empat Tiang Utama Pada Rumah Tradisional Madura Dan Jawa

Authors

  • Fariz Hidayat Petra Christian University, Indonesia
  • Asarias Ari Ayowembun Petra Christian University, Indonesia
  • Derius Pekei Petra Christian University, Indonesia
  • Lintu Tulistyantoro Petra Christian University, Indonesia
  • Agus Dwi Hariyanto Petra Christian University, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.9744/acesa.v6i2.14076

Keywords:

Empat tiang utama, tektonika, komparasi

Abstract

Keberadaan empat tiang utama pada rumah Bangsal di Madura memiliki kemiripan dengan rumah tradisional Jawa, yaitu rumah Joglo. Kesamaan ini menarik perhatian untuk mengkomparasikannya. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan tektonika empat tiang utama pada rumah Bangsal dan rumah Joglo berdasarkan faktor-faktor tektonika klasik. Komparasi tektonika empat tiang utama dilakukan melalui analisis kualitatif. Hasil komparasi menunjukkan perbedaan dalam menciptakan kekuatan konstruksinya. Rumah Joglo menggunakan pemberat untuk menciptakan kekakuan pada bangunannya karena berada di daerah rawan gempa, sedangkan rumah Bangsal tidak. Selain itu, pemberat dirumah Joglo dapat menghasilkan konstruksi yang tidak stabil pada kondisi gempa tertentu. Detail tektonika mempunyai fungsi campuran selain untuk memberikan fungsi struktural juga keindahan arsitektural. Empat tiang utama memberikan kesan kuat dan kokoh pada ruang. Selain itu menciptakan center point dan terciptanya pembagian ruang secara semu pada rumah Bangsal dan masif pada rumah Joglo. Pada rumah Joglo juga untuk merepresentasikan area yang sakral.

References

1. I. Poerwaningtias, N. K. Suwarto, and L. Anik Mayani, Rumah adat Nusantara. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017.

2. M. T. Mulyadi and D. Ratriningsih, “Penerapan konsep tektonika arsitektur pada perancangan Mangrove Edutourism Center di desa Kaliwlingi ,dusun Pandansari, Brebes, Jawa Tengah,” SIAR-II, Semin. Ilm. Arsit., vol. 8686, pp. 167–175, 2021.

3. B. Fauzy, “Tektonika dan tagam akulturasi arsitektur rumah tinggal di Sendangharjo Tuban,” J. Permukim., vol. 12, no. 2, p. 108, 2017, doi: 10.31815/jp.2017.12.108-115.

4. K. Frampton, Studies in tectonic culture. London: The MIT Press, 2001.

5. Y. T. Liu and C. K. Lim, “New tectonics: A preliminary framework involving classic and digital thinking,” Des. Stud., vol. 27, no. 3, pp. 267–307, 2006, doi: 10.1016/j.destud.2005.11.008.

6. K. Ran-Soo, “A Study on the definition of the term ‘Tectonics’ in architecture,” Archit. Res., vol. 8, no. 2, pp. 17–26, 2006.

7. Z. Rinaldi, A. W. Purwantiasning, and R. Dewi Nur’aini, “Analisa konstruksi tahan gempa rumah tradisional suku Besemah di Kota Pagaralam Sumatera Selatan,” Pros. "Seminar Nas. Sains dan Teknol., no. November, pp. 1–10, 2015, [Online]. Available: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/article/view/461/427

8. Anik Juniwati and Wanda Widigdo C., “Perlunya pengetahuan tektonika pada pengajaran struktur di arsitektur,” Dimens. (Jurnal Tek. Arsitektur), vol. 31, no. 2, pp. 120–123, 2003, [Online]. Available: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/view/16164

9. SNI-1726-2002, “Standard perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung SNI-1726-2002,” Pus. Penelit. Dan Pengemb. Teknol. Permukim., vol. 7798393, no. April, p. 21, 2002.

10. I. K. Asmarani, A. Antariksa, and A. M. Ridjal, “Tipologi elemen arsitektur rumah Bangsal di desa Larangan Luar Pamekasan Madura,” Tesa Arsit., vol. 14, no. 1, pp. 10–22, 2017, doi: 10.24167/tesa.v14i1.514.

11. H. Sidik and Mahmudah, “BMKG sebut daerah istimewa Yogyakarta termasuk wilayah rawan gempa,” Antara News. Accessed: May 16, 2024. [Online]. Available: https://jogja.antaranews.com/berita/627042/bmkg-sebut-daerah-istimewa-yogyakarta-termasuk-wilayah-rawan-gempa

12. UNESCO and Jogja Heritage City, “Pedoman pelestaian bagi pemilik rumah kawasan pusaka kotagede,” 2007.

13. A. Santosa, M. Rachmawati, and V. T. Noerwasito, “Hibriditas tektonika arsitektur Joglo,” pp. 088–095, 2020, doi: 10.32315/sem.4.088.

14. J. Prijotomo, (Re-)Konstruksi arsitektur Jawa (Griya Jawa dalam tradisi tanpatulisan). 2006.

15. Y. P. Prihatmaji, “Perilaku rumah tradisional Jawa ‘Joglo’ terhadap gempa,” Dimens. (Journal Archit. Built Environ., vol. 35, no. 1, pp. 1–12, 2007, doi: 10.9744/dimensi.35.1.1-12.

16. M. Bisatya W. and P. Pamuda, “Santen-fuse As Anearthquake damper for Pendopo Joglo,” Dimens. (Journal Archit. Built Environ., vol. 42, no. 1, 2015, doi: 10.9744/dimensi.42.1.1-8.

17. L. Tulistyantoro, “Makna ruang pada Tanean Lanjang di Madura,” Dimens. Inter., vol. 3, no. 2, pp. 137–152, 2005, [Online]. Available: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/int/article/view/16389

18. M. D. N. Kiswari, “Identifikasi perubahan fungsi ruang pada rumah tinggal Joglo,” J. Prax. |, vol. 2, no. 1, pp. 49–65, 2019.

Downloads

Published

2024-11-19