Pemetaan Street Connectivity dan Walkability Pada Kawasan Tunjungan Surabaya
Abstract
Kawasan Tunjungan merupakan kawasan penting di Surabaya sejak 1866 hingga sekarang. Berawal sebagai koridor penghubung antara Kota Lama dan Baru Surabaya, Tunjungan berkembang menjadi shopping-district yang terkenal dan menggerakkan roda ekonomi sekaligus sosial-budaya kota. Fenomena automobile-dependent lekat dengan masyarakat membuat orang berfokus hanya pada jalan raya, melupakan keberadaan jalan kecil yang melengkapi kawasan. Pemetaan jalan secara menyeluruh akan berdampak dalam pemerataan kawasan yang sekarang hanya terpusat di Jalan Tunjungan. Riset ini mempelajari konektivitas jalan pembentuk kota (street connectivity) dan kualitas walkability kawasan. Riset menganalisa morfologi kawasan secara sinkronis-diakronis, memetakan rute pejalan kaki-sepeda, mengidentifikasi ruang terbuka dan fasilitas publik serta menganalisa walkability kawasan melalui peta pedestrian-shed. Hasil riset dari pemetaan jalan membuka konektivitas baru yang sebelumnya tidak terlihat ketika melintasi kawasan dengan kendaraan bermotor. Riset juga menemukan variasi dan intensitas ruas jalan yang tinggi, membuat pengkajian rute jalan berdasarkan peta ped-shed menunjukkan angka permeabilitas kawasan (walkability) yang baik yaitu 0,67 dari 1,00. Namun angka ini tidak didukung dengan persentase dedicated pedestrian pathway yang baik, baru 45% jalan di kawasan nyaman digunakan. Pengolahan pedestrian yang baik (revitalisasi trotoar) akan menunjang aktivitas di kawasan dengan berjalan kaki ataupun bersepeda yang dapat mengurangi automobile dependency.
Full Text:
PDFReferences
Cribb, R., 2010. Digital Atlas of Indonesian History. Australia: NIAS Press.
Department of Environment (2017). The State of Victoria Department of Environment, Land, Water and Planning Retrieved March 19, 2023, from https://www.urban-design-guidelines.planning.vic.gov.au
Leiden University Libraries Digital Collections. Search results | Digital Collections. (n.d.). Retrieved May 10, 2022, from https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/search/SOERABAja?type=edismax&cp=collection%3Akitlv_maps
Kropf, K. (2017). Part 3 - Application. The Handbook Of Urban Morphology. John Wiley & Sons, Ltd.
Porta, S., & Renne, J. L. (2005). Linking urban design to sustainability: Formal indicators of Social Urban Sustainability Field Research in Perth, Western Australia. URBAN DESIGN International, 10(1), 51–64. https://doi.org/10.1057/palgrave.udi.9000136
Romice, O., Porta, S., & Feliciotti, A. (2020). Chapter 4.1. Masterplanning for Change: Designing the Resilient City. RIBA Publishing.
Rossi, A. (1984). The architecture of the city. Chicago: Graham Foundation for Advanced Studies in the Fine Arts.
Perdana, D. (2017). Masa Depan Jalan Tunjungan Surabaya. https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2017/Masa-Depan-Jalan-Tunjungan-Surabaya/
Persadaningrum, L. (2020). Social Memory Masyarakat Tentang Jalan Tunjungan Sebagai Koridor Cagar Budaya. http://unair.summon.serialssolutions.com
Mandaka, M., Ikaputra, & Titisari, D. (2022). Tipologi dan Morfologi Kota Bersejarah Lasem. Jurnal Arsitektur Pendapa, 5(1), 58–75.
Ramadhanta, A. (2010). Kajian Tipologi Dalam Pembentukan Karakter Visual Dan Struktur Kawasan. Smartek 8(2):130–42.
Speck, J. (2012). Walkable City: How Downtown Can Save America, One Step at a Time. North Point Press; Reprint edition.
Tobin, M., Hajna, S., Orychock, K. et al. Rethinking walkability and developing a conceptual definition of active living environments to guide research and practice. BMC Public Health 22, 450 (2022). https://doi.org/10.1186/s12889-022-12747-3