Kajian Nilai Keberlanjutan pada Tatanan Massa Rumah Tradisional Bali

Authors

  • Georgeanne Elaine Suwondo Universitas Kristen Petra
  • Lilianny Sigit Arifin Petra Christian University

DOI:

https://doi.org/10.9744/acesa.v5i2.13423

Keywords:

conversation, film, flouting maxim, scripts

Abstract

Di era ini, isu kelestarian lingkungan masih menjadi tantangan besar bagi umat manusia. Keberadaan dan kebutuhan manusia terbukti memberikan dampak negatif bagi bumi. Sebagai salah satu penyumbang kerusakan terbesar, adalah wajib bagi arsitektur untuk dipraktekkan dengan prinsip berkelanjutan. Prinsip berkelanjutan bertujuan untuk meminimalisir dampak negatif sambil memenuhi kebutuhan manusia semaksimal mungkin. Prinsip berkelanjutan ini bukanlah gagasan yang baru, melainkan sudah dipegang oleh nenek moyang kita. Penerapan prinsip ini dapat dilihat dalam bentuk macam-macam desain rumah tradisional di Indonesia, salah satunya rumah tradisional Bali. Tulisan ini mempelajari keunikan tatanan massa yang diterapkan pada rumah tradisional Bali dalam upaya mencapai keberlanjutan. Tulisan ini membandingkan dampak dari tatanan massa tersebut dengan parameter keberlanjutan. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa tatanan massa rumah tradisional Bali memenuhi hampir semua kriteria keberlanjutan. Pola pembangunan dan tata ruang yang akan datang dapat mengacu pada rumah tradisional Bali.


References

[1] Badan Pusat Statistik. (2022). Listrik Yang Didistribusikan Kepada Pelanggan (GWh).

https://www.bps.go.id/site/resultTab

[2] IEA. (n.d.). Buildings – Analysis. IEA. Retrieved February 25, 2023, from https://www.iea.org/reports/buildings

[3] Shi, A. (2001). Population Growth and Global Carbon Dioxide Emission.

[4] Mangunwijaya, Y. B. (1992). Wastu Citra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

[5] Loanoto, S. Y. (2019). Wastu Citra as an Indonesia Regionalism Local Wisdom: Phenomenology Studies from Butet’s House. International Journal of Architecture and Urbanism, 3(1), Article 1. https://doi.org/10.32734/ijau.v3i1.779

[6] Adiputra, I. T., Sudaryono, S., Wiyono, D., & Sarwadi, A. (2016). Konsep Hulu-Teben pada Permukiman Tradisional Bali Pegunungan/Bali Aga di Desa Adat Bayung Gede Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, Bali. Forum Teknik, 37(1), Article 1. https://jurnal.ugm.ac.id/mft/article/view/11534

[7] Dwijendra, N. K. A. (2008). Arsitektur Rumah Tradisional Bali, Berdasarkan Asta Kosala Kosali.

[8] Parwata, I. W. (2011). Rumah Tinggal Tradisional Bali dari Aspek Budaya dan Antropometri. Jurnal Mudra. vol 26, no. 1: 95–106.

[9] Barbier, E. B., & Burgess, J. C. (2017). The Sustainable Development Goals and the systems approach to sustainability. Economics, 11(1). https://doi.org/10.5018/economics-ejournal.ja.2017-28

[10] Manurung, P. (2014). ARSITEKTUR BERKELANJUTAN, BELAJAR DARI KEARIFAN ARSITEKTUR NUSANTARA.

[11] Sassi, P. (2006). Strategies for Sustainable Architecture. Taylor & Francis inc. New York

[12]Rosilawati, H. (2019). PENERAPAN GAYA ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL BALI DALAM RANCANGAN RUMAH ETNIS JAWA-MANADO DI SURABAYA. LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR, 6(1), 42. https://doi.org/10.26418/lantang.v6i1.33138

[13] Wastika, D. N. (2005). PENERAPAN KONSEP TRI HITA KARANA DALAM PERENCANAAN PERUMAHAN DI BALI | Jurnal Natah. Jurnal Permukiman Natah, 3(2), 62–105. https://ojs.unud.ac.id/index.php/natah/article/view/3034

[14] Sudiarta, I. I. N. (2020). RUMAH TRADISIONAL BALI.

[15] Rijasa, M. M. (2020). NILAI ARSITEKTUR HIJAU PADA POLA MASSA RUMAH TRADISIONAL DESA PENGLIPURAN.

[16] Meganada, I Wayan. 1990. Morfologi Grid Pattern Pada Desa di Bali. Bandung: Program Pasca Sarjana S2 Arsitektur, Institut Teknologi Bandung.

[17] Sudiarta, I. I. N. (n.d.). PENGHAWAAN ALAMI.

[18] Rahmi, D. H. (2015). Pengaturan Penghawaan dan Pencahayaan Pada Bangunan. https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturan-penghawaan-dan-pencahayaan-pada-bangunan/

[19] Sitindjak, R., Kusuma Wardani, L., & Nilasari, P. (2020). Traditional Balinese Architecture: From Cosmic to Modern. SHS Web of Conferences, 76, 01047. https://doi.org/10.1051/shsconf/20207601047

[20] Tri Hita Karana: The Balanced Life Of Hinduism. (n.d.). Bhayangkari. Retrieved February 26, 2023, from https://bhayangkari.or.id/artikel/tri-hita-karana-balanced-life-hinduism/

[21] Handayani, H., Kusholany, K., & Saputra, R. (2021). ANALISA VEGETASI HUTAN KOTA DI JAKARTA. BIO-SAINS : Jurnal Ilmiah Biologi, 1(1), Article 1. https://uia.e-journal.id/biosains/article/view/1560

[22] Talarosha, B. (2005). Menciptakan kenyamanan thermal dalam bangunan. Jurnal Sistem Teknik Industri, 6(3).

[23] Setiawan, M. F. (2010). TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN DI PERKOTAAN. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, 12(2), Article 2. https://doi.org/10.15294/jtsp.v12i2.1351

[24] Van Steenwinkel, I., Baumers, S., & Heylighen, A. (2012). Home in Later Life. Home Cultures, 9(2), 195–217. https://doi.org/10.2752/175174212X13325123562304

Downloads

Published

2023-09-30