MUSEUM EKOLOGI HUTAN DI SURABAYA
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Meluasnya sektor pembangunan di Surabaya
berdampak pada penurunan ruang terbuka hijau dan
kerusakan lingkungan akibat degradasi lahan. Tak
hanya itu, penurunan eksistensi alam di lingkungan
perkotaan juga menyebabkan krisis peduli
lingkungan oleh penduduk Kota Surabaya.
Terputusnya hubungan antara alam dan manusia
karena lingkungan buatan (perkotaan) membuat
manusia kurang bisa berempati dalam kepedulian
lingkungan. Hal ini akan berdampak buruk bagi
generasi muda. Menanggapi hal tersebut pemerintah
Kota Surabaya melakukan tindakan penanaman rasa
peduli lingkungan sejak usia dini. Pada sektor
pendidikan, upaya menanamkan karakter tersebut
dilakukan dengan edukasi yang mengenalkan alam
lewat proses belajar mengajar. Namun, pengenalan
yang diberikan hanya sekadar wawasan lisan lantaran
belum adanya fasilitas yang memadai di Surabaya.
Perancangan fasilitas laboratorium lingkungan
ditujukan sebagai fasilitas pendidikan yang
menunjang kegiatan pembelajaran khususnya dalam
penelitian lingkungan. Tidak hanya itu, fasilitas ini
juga mendukung program pemerintah dalam
penyediaan ruang hijau sekaligus rekreasi wisata
alam. Harapannya fasilitas Museum Ekologi Hutan di
Surabaya dapat menjadi sarana belajar baru bagi
peserta didik sekaligus rekreasi wisata yang
membangkitkan sektor pariwisata kota. Pengadaan
fasilitas berfokus pada interaksi pengunjung dengan
biota lewat sirkulasi dan program ruang. Tentunya
dengan mempertimbangkan perilaku flora dan fauna
sebagai objek pamer serta perilaku manusia sebagai
pengguna bangunan. Oleh karena itu, pendekatan
perancangan merujuk pada perilaku dan simbolik
secara tangible.
Keywords
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.
Jurnal telah terindeks oleh :