Analisis Framing Sosok Gusti Kanjeng Ratu Pembayun dalam Majalah Digital Detik Edisi 182

Thomas Benmetan(1*),


(1) 
(*) Corresponding Author

Abstract


Untuk pertama kalinya seorang perempuan di Keraton Yogyakarta mendapat gelar “Mangkubumi” (sebuah gelar bagi kaum pria yang akan menjadi penerus tahta kesultanan). Polemik mulai muncul, mengingat dalam tatanan patriarki yang dianut dalam budaya Jawa tidak memungkinkan seorang perempuan memegang jabatan sebagai sultan.  Dengan stereotip mengenai ketidakmampuan perempuan memegang jabatan publik, media massa hadir sebagai salah satu agen dalam mengukuhkan pandangan – pandangan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana media massa membingkai sosok Gusti Kanjeng Ratu Pembayun dalam pemberitaan yang dilakukan oleh Majalah Digital Detik edisi 182. Dengan menggunakan model framing Pan-Kosicki serta teknik analisis deskriptif, peneliti menemukan adanya stereotip gender pada berita – berita tentang sosok Pembayun yakni feminin, emosional, dependen, domestik dan inkompeten di ranah publik.  

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


TEMPLATE JURNAL E-KOMUNIKASI