Makna di Balik Penampilan Preman dan Perubahannya dalam Film Bioskop Indonesia di Tahun 1986-2014

Prissy Febrie Tjiabrata(1*), Listia Natadjaja(2), Elisabeth Christine Yuwono(3),


(1) UK PETRA
(2) 
(3) 
(*) Corresponding Author

Abstract


Kejahatan menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Kejahatan yang seringkali terjadi adalah perampokan yang pelakunya di Indonesia disebut sebagai preman. Motif kejahatan dan penampilan para preman juga semakin beragam seiring perkembangan jaman. Film yang ditayangkan di bioskop beberapa mengangkat preman sebagai tokoh dalam cerita. Tokoh yang ditampilkan dalam film cenderung mengacu pada tokoh nyata dalam masyarakat dan dikemas sedemikian rupa sehingga tampak menarik. Tokoh preman dalam film mengalami perubahan penampilan dari tahun 1986-2014 sehingga menarik untuk menganalisa mengenai makna yang menjadi dasar penampilannya dalam film serta perubahan penampilannya di tahun 1986 hingga tahun 2014. Film yang dianalisa adalah film Yang Perkasa (1986), Daerah Jagoan (1991), Serigala Terakhir (2009), dan The Raid 2 (2014). Analisa dilakukan dengan semiotika John Fiske, the codes of television, dan dilakukan perbandinganantar film. Ditemukan bahwa ideologi yang mendasari penampilan preman dari tahun 1986-2014 adalah ideologi maskulin. Selain itu terjadi pergeseran penampilan preman dari yang semula cenderung kasual menjadi formal dan berkelas, yang awalnya tampil dengan menunjukkan otot dan kekuatan fisik berubah menjadi mengandalkan kekuatan finansial, serta preman yang semula tampil membedakan diri dengan masyarakat, saat ini penampilan mereka sulit dibedakan dengan masyarakat pada umumnya. Perubahan tersebut juga memunculkan ideologi kelas dalam penampilan preman.

Keywords


Penampilan, Preman, Film Bioskop, Semiotika, Ideologi

Full Text:

PDF

References


Barnard, M. (2002). Fashion As Communication : 2nd Ed. New York : Routledge.

Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Cooper, J.C. (1999). An Illustrated Encyclopaedia Of Traditional Symbols. Slovenia: Mladinska Knjiga.

Dameria, A. (2007).Color Basic:Panduan Dasar WarnaUntuk Desainer & Industri Grafika. Jakarta: Link & Match Graphic.

“Definisi Film Menurut Pakar”. (2015). Bimbingan. Diunduh 03 Februari 2015 dari

Effendy, O. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Evans, Gareth, dir. The Raid 2. (2014). PT. Merantau Films.

Firdaus, Dhany,dir. (1991). Daerah Jagoan. PT. Budiana Film. Diunduh Februari 2015 dari

Fiske, J, and John H. (2003). Reading Television. New York: Routledge.

Fiske, J. (1997). Television Culture. New York: Routledge.

Fiske, J. (2007). Cultural and Communication Studies: Sebuah Penghantar Paling Komperhensif. Trans. Yosal Iriantara dan Idi Subandu Ibrahim. Yogyakarta: Jalasutra.

Margens,Torro, dir. (1986). Yang Perkasa. PT. Kanta Indah Film. Diunduh Februari 2015 dari

Mulyana, Ade.“Tato : Dari Budaya Elite, Kriminalitas, Ke Gaya Hidup Masyarakat Modern”. Diunduh 17 Februari 2015 dari http://www. academia.edu/7161019/TATO_DARI_BUDAYA_ELITE_KRIMINALITAS_KE_GAYA_HIDUP_MASYARAKAT_MODERN

Nordholt, H.S. (1997). Outward Appearance: Dressing State & Society in Indonesia. Netherlands: KITLV Press.

Olderr, S. (1986). Symbolism: A Comprehensive Dictionary. United States of America: McFarland.

Suhartono. (1995). Bandit-Bandit Pedesaan Di Jawa: Studi Historis 1850-1942. Yogyakarta: Aditya Media.

Upi, dir. Serigala Terakhir. ( 2009). Investasi Film Indonesia. Diunduh Februari 2015 dari


Refbacks

  • There are currently no refbacks.